Alasan Kenapa Sebagian Besar Orang Tidak Bisa Kaya

 on Rabu, 11 Maret 2015  


Memperoleh rezeki berkah yang konsisten tumbuh bisa jadi angan-angan banyak orang. Dikarenakan jikalau income kita cuma tumbuh 5% per tahun, kita mungkin saja tak bakal sanggup menyisihkan duit untuk investasi. Dan itu artinya, kita dapat mengalami kenestapaan ketika nanti kita telah pensiun dari kerja.

Pada sudut lain, harga tanah dan rumah kian melesat. Tanpa pertumbuhan rezeki yang signifikan, tidak sedikit pasangan belia yang tidak bakal bisa beli rumah, dan terkena sindrom MTMM + SM = mangan turu melu morotuo, sampe mati.

Pertanyaannya ialah ini : mengapa sebahagian besar orang pertumbuhan penghasilannya stagnan, dan tidak kunjung sanggup makmur? Kita bakal melacaknya di pagi hari ini, sambil ditemani secangkir kopi hangat.

Sejatinya ada sejumlah aspek yg bisa saja sanggup menjelaskan mengapa sebahagian besar tak dapat kaya sampai akhir hayatnya. Tapi disini, kita cuma mau melacak 5 argumen fundamental yang pantas dikenang.
 
Reason # 1 : Pessimism. Ini soal mindset, soal belief yang bersemayam dalam alam bawah sadar. Sering, tidak dengan sadar tidak sedikit orang yang mempunyai kilatan pesimisme dalam hatinya.

Waduh budget hidup kok semakin mahal ya. Hidup kok semakin sulit ya. Ah, aku tentu tidak mungkin saja menjadi direktur. Aku tidak miliki bakat buat menjadi pebisnis berhasil. Aduh, jangan-jangan aku tidak dapat mampu beli rumah hingga pensiun kelak.

Rentetan “negative self talk” seperti di atas barangkali kadang berkelebat dalam hati. Inilah serangkaian sugesti negatif yang acap menempa bayang-bayang pesimisme dalam jiwa.

And you know what? Energi negatif seperti itu bakal diserap oleh Alam Semesta dan setelah itu dibalikkan pada raga Kamu untuk jadi KENYATAAN.

Disini berlaku prinsip Law Of Attraction : what you think is what you get.

Self talk negatif yang kamu pikirkan, bakal mengembang, dan somehow memang lah dapat jadi fakta yang terasa demikian pahit.

Reason # 2 : Bad Learning Spirit. Perjalanan panjang buat mengubah nasib sungguh tidak enteng dijalani. Melelahkan, dan perlu “kecerdasan jalanan” (street smart) yang membahana. Dan lantaran itu, learning spirit harus tetap dikibarkan.

Disayangkan, tidak sedikit orang yang tidak “panjang akal”. Banyak orang yang tak miliki resourfulness (miliki kemandirian buat mempelajari dan mencari solusi sampai tuntas, dan bukan manja, tetap tanya, dan enggan mencari solusi dengan cara mandiri). Maunya tetap dibimbing seperti anak SD. Tak miliki inisiatif buat menuntut ilmu dengan cara mandiri, dan menemukan solusi yang aplikabel.

Perjalanan mengubah nasib dan level kemakmuran tentu bakal nyungsep ketika self-learning spirit dan resourcefulness itu lenyap dari raga kita.

Reason # 3 : No Action Talk Only. NATO. Ini nih orang yang terlampaui tidak sedikit celoteh, so keminter, tetapi ndak jalan-jalan. Kapan sugihe Le, nek sampeyan ndobos thok. Ndak sempat action.

Aku miliki rekan yang mempunyai karakter NATO ini. Tiap-tiap kali ketemu, berbicara panjang lebar mengenai rencananya, ingin lakukan ini, dan itu, pula blah blah yang lain.

Bulan depan waktu ketemu, dirinya ya tetap ngomong factor yang sama. Dan yang keren, nyaris seluruh rencananya itu belum ada yang dijalankan. Ini seperti orang delusional. Senenge ngalamun thok.

Atau ada pun orang yang benar-benar mau beralih. Seluruh rencananya dipendam dalam hati (baguslah, orang ini tak banyak omong).

Tapi hasilnya nyatanya sama : apa yang dipendam dalam hati itu, konsisten saja dipendam hingga rambutnya ubanan. Alias no action pun.

Kemungkinan orang itu enggan. Kemungkinan orang itu senang menunda-nunda. Tunda konsisten saja hingga sampeyan pensiun mas. Baru sesudah pensiun, kaget, lho kok tabunganku ndak lumayan buat hidup. Modyar kon.

Reason # 4 : Low Resiliency. Oke, hasilnya barangkali orang itu telah ingin bergerak. Hasilnya ingin take action. Tetapi di sayangkan, kurang gigih. Low level of resiliency. Demikian menghadapi problem, segera menyerah. Serta-merta bubar jalan. Atau ngambek.

Padahal puluhan studi mengenai perubahan nasib manusia, menulis : factor paling kunci dalam perjuangan mengubah level gaji itu ialah resiliensi, daya juang, keuletan dan kegigihan.

Karena cerita keberhasilan itu acap ditentukan, oleh sejauh mana anda sanggup tetap terjadi waktu cobaan demi cobaan datang menghadang. Waktu anda mampu bangun 9 kali, dikala anda menemui kegagalan 8 kali.

Reason # 5 : PELIT. Aspek terakhir ini simpel, dan berurusan dengan dimensi spiritualitas.

Argumen terakhir ini pantas kita sebut, lantaran bersifat anti-tesa bersama ajaran klasik yang bunyinya seperti ini : The more you give, the more you get. Makin tidak sedikit kamu berikan, kamu justu dapat makin kaya.

Jalan keberkahan barangkali dapat tetap terbuka, waktu kita tekun memberi(berikan sedekah senyuman, sedekah ilmu, sedekah materi, atau serta sedekah kebaikan yang tetap mengalir).

Waktu kita punyai keikhlasan untuk share kebaikan, bisa jadi pintu rezeki dapat senantiasa datang dari arah yang tidak terduga-duga.

DEMIKIANLAH, lima reason kunci yang pantas dikenang mengapa kita stuck dalam jalan hidup yg serba pas-pasan. Lima hal itu ialah : 1) jiwa yang pesimis 2) learning spirit yang tidak baik, 3) no action talk only 4) low resiliency dan 5) PELIT.
Alasan Kenapa Sebagian Besar Orang Tidak Bisa Kaya 4.5 5 Kesehatan Pasutri Rabu, 11 Maret 2015 Memperoleh rezeki berkah yang konsisten tumbuh bisa jadi angan-angan banyak orang. Dikarenakan jikalau income kita cuma tumbuh 5% per ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.